Rabu, 16 Maret 2016

Contoh Laporan IPS SMK N 1 Ngawen GK, DIY

Kami sengaja mengunggah hasil tugas ips kami sebagai contoh untuk adik-adik kelas smkn1ngawen khususnya dan bagi seluruh peajar di dunia umumnya. 
Cover (halaman depan Laporan)




LAPORAN KUNJUNGAN KE CANDI SOJIWAN






Disusun Oleh         :       1. Diana Cholida           (09)                                                 2. Duwie Kresno Wibowo (12)
                                        3. Rizki Pratama           (25)
                                        4. Setyawan Adi Nugroho     (29)
Kelas                      :       XI TAB                  

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMK NEGERI 1 NGAWEN
Alamat : Jono, Tancep, Ngawen, Gunungkidul, Yogyakarta
Kode Pos 55853 Telp.(0272)3102204, E-mail : smkn1ngawen@yahoo.com
Tapel 2015/2016
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi curahan dan limpahan rahmat kepada kami sehingga penyusun masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas laporan kunjungan ke Cagar Budaya di Daerah  Klaten.
            Untuk melengkapi tugas sejarah mengenai cagar budaya kami melakukan kunjungan ke Candi Sojiwan peninggalan umat Budha yang terletak di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
            Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan serta informasi dari juru kunci yang dilaksanakan pada Minggu, 24-01-2016.
            Tentu saja banyak sekali kekurangan dalam berbagai hal, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan dalam rangka meningkatkan kualitas laporan ini.
            Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita mengenai cagar budaya.




          Penyusun








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................3
A.    LATAR BELAKANG.....................................................            3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................           4
A.    ISI.....................................................................................4
BAB III PENUTUP..........................................................................27
A.       KESIMPULAN.............................................................27













BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Untuk meningkatkan gambaran serta wawasan mengenai cagar budaya yang ada di sekitar kita, maka kami mengadakan kunjungan ke salah satu cagar budaya tepatnya ke Candi Sojiwan agar kami memiliki pencitraan mengenai peninggalan-peninggalan budaya pada jaman dahulu. Candi Sojiwan ini salah satu peninggalan umat budha. Dengan adanya kunjungan ini diharapkan siswa mampu melestarikan kebudayaan yang telah ada.

B.     Rumusan Masalah
1.         Sejarah pembangunan candi
2.         Relief fabel di Candi Sojiwan
3.         Struktur bangunan candi
4.         Pemugaran candi
5.         Budaya yang sering dilaksanakan









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Candi Sojiwan
Candi Sojiwan merupakan salah satu monumen dari Dinasti Mataram Kuno yang didirikan olehRaja Balitung, Raja dari Dinasti Sailendra yang termuat di dalam Prasasti Rukam bertanggal 829 Saka (19 oktober 907 M) prasasti ini ditemukan di Desa Petarongan, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah beserta alat-alat upacaranya. Sedangkan Letak Candi Sojiwan berada di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.Luas komplek candi seluruhnya 8.140 m2 dan luas bangunan utama candi sekitar 401,3 m2 dan tinggi candi kurang lebih 27 m. Candi ini menghadap ke barat. Candi ini didirikan sebagai bentuk  penghormatan Raja Balitung kepada neneknya yaitu Nini Rakyan Sanjiwana yang beragama Budha.Di kaki candi terdapat relief berupa fabel yang dinamakan Jataka atau fabel moralitas yaitu gambaran kehidupan masa lalu.Di tangga bagian timur diapit arca makara. Di dalam candi ditemukan arca dwarapala. Juga terdapat tiga arca yang dinamakan amitaba atau budha. Yang terdiri dari Yanibudha artinya jalan kebenaran, yanibudhisatwa adalah jalan untuk mencapai kebenaran, dan manusibudhisatwa atau pasamansuci. Ketiganya mempunyai arti sendiri-sendiri untuk mempersatukan menuju yang maha kekal. Arca dihidupkan melalui persembahan. Dalam upacara persembahan di bilik candi seseorang mengucapkan mantra untuk menghidupkan arca (lingga-Yoni) di dalam bilik candi.
Untuk menghidupkan arca diperlukan aspek fisik dan roh. Unsur fisik diwujudkan dengan sembilan dewa dari penjuru mata angin yang ditempatkan di  kotak peripih di sumuran candi. Unsur roh diwujudkan dengan dewa yang berada di kotak peripih di puncak bilik candi. Melalui sebuah persembahan kedua unsur ini bertemu yang menyebabkan arca menjadi hidup dan dapat berkomunikasi dengan pelaku persembahan. Candi memiliki tiga bagian, yaitu arupadatu (kaki candi) tempatnya manusia biasa, rupadatu (tubuh candi) melambangkan antara tempat manusia biasa dan para dewa, kamadatu (bagian atapcandi) tempat para dewa. Jadi manusia yang akan meninggalkan kehidupan duniawinya dalam keadaan suci, bisa menemukkan tuhannya (yang dilambangkan berada di atap candi). Membangun candi harus ada titik nol. Bagian candi juga memiliki sudut. Pada sudutCandi Sojiwan terdapat kotak peripih yang berisi periuk perunggu dan peripihnya . Bila dalam agama hindu kotak peripih berisi tulang ataupun abu raja . Peripih bila dalam istilah bahasa jawa ialah tumbal.Peripih yang berada di dalam tempat  tersebut terdapat lempengan emas yang tertulis nama Rakyan Sanjiwana. Dahulu tempat singgahRakyan Sanjiwana di daerah merapi, namun karena meletusnya gunung merapi tempat tinggal Rakyan Sanjiwana hancur . Maka diberi pendarmaan oleh Raja Balitung berupa tanah untuk membangun tempat suci. Jaman dahulu pembangunan candi dengan kode angka namun sekarang di ganti dengan kode<> + | - sebagai tanda berkaitan antara batu laki-laki dengan batu perempuan, untuk memudahkan pembangunan.

B.     Relief fabel di Candi Sojiwan

1.       Relief Seorang Prajurit dan Pedagang
Relief ini merupakan cerita Dhawalamukha yang terdapat pada Kathasaritsagara yang isinya mengenai seorang punggawa kerajaan yang memiliki dua orang sahabat yaitu seorang prajurit dan seorang saudagar si prajurit siap melindungi bila punggawa mengalami gangguan demikian juga saudagar. Yang siap menolong dengan hartanya sewaktu-waktu bila punggawa itu memerlukan bantuannya. Punggawa itu ingin menunjukkan pada istrinya, maka dengan persetujuan istrinya, ia berpura-pura telah mengalami kesulitan yang tak terampunin oleh raja dan hal itu disampaikan kepada dua sahabatnya.mendengar hal tersebut, sang saudagar berkata tak dapat berbuat apaapa, tetapi si prajurit menyatakan akan siap dengan pedang dan tamengnya untuk membela punggawa. Hal ini menunjukkan betapa sang prajurit memiliki rasa kesetiakawanan dan persaudaraan yang besar terhadap punggawa.
2.      Dua ekor angsa menerbangkan kura-kura.
            Dalam tantri dijelaskan bahwa air telaga kumudawati tempat kura-kura Durbudi yang jantan dan Kacchapa yang perempuan, itu kering.Kawannya si Cakrangga yang jantan dan Cakranggi yang betina meminta pindah ke tempat yang berair.Maka minta tolonglah kura-kura itu untuk ikut pindah.Tercapailah kesepakatan diantara mereka, bahwa kedua angsa siap memindahkannya ke tempat yang berair. Dimintanya kura-kura menggigit erat tengah kayu dan kedua angsa akan menerbangkanya. Diingatkan bahwa jangan sampai kendor menggigit dan jangan sampai berbicara.Setelah tersepakati syarat itu maka kura-kura itu dibawa terbang.Sampai di atas perkampungan, terdapat banyak orang yang berteriak-teriak mengenai benda yang dibawa angsa tersebut.Kura-kura tak dapat menahan diri untuk diam karena tersinggung perasaannya. Baru saja terbuka sedikit mulutnya lepaslah ia dan akhirnya jatuh. Orang-orang menangkap kura-kura tersebut dan matilah ia. Cerita tersebut mengisahkan tentang sesuatu yang akan terjadi apabila kita tidak mematuhi nasihat. Cerita ini terdapat pada Pali-jataka.Relief tersebut mempunyai panjang 65 cm dan tinggi 30 cm. Terdapat pada dinding barat.
3.      Garuda berlomba dengan kura-kura.
            Pada buku tantri mengisahkan bahwa Garuda selalu menjadikan kura-kura sebagai makanan sehingga jumlah kura-kura makin habis.Terpikir siasat tetua kura-kura untuk mengajak berlomba dengan garuda. Kalau kura-kura kalah maka kura-kura akan merelakan diri menjadi makanan garuda sampai keturunannya nanti, tetapi apabila garuda kalah ia tidak akan makan kura-kura lagi. Dalam pertandingan itu kura-kura menyiasatinya dengan menanam kura-kura sepanjang pantai laut.Setiap garuda memanggil kura-kura maka kura-kura di depannya yang menyahutnya sampai batas pertandingan akhirnya kura-kura menang.Panjang relief ini mencapai 65cm dan tinggi 30cm. Terdapat di sudut barat menghadap utara.
4.      Buaya dan kera yang duduk diatas punggung buaya.
            Terambil dari pali-jataka yang mengisahkan ada seekor kera yang merupakan jelmaan dari Bodhisatwa duduk ditepi sungai Gangga. Seekor buaya betina yang melihatnya dan timbul keinginan untuk memakan hatiya, ia berkata kepada suaminya agar di tanggapkan kera tersebut. Buaya tersebut menemuinya dan menceritakan bahwa diseberan sungai terdapat sebuah pohon yang sedang banyak buahnya dan lezat rasanya. Buaya bersedia menyebrangkan kera itu dan ia naik kepunggng buaya dan kemudian menuju tengah. Di tengah sungai buaya berterus terang bahwa isterinya ingin memakan hati kera itu, tetapi kera berkata bahwa hati kera itu tertinggal di pohon.Maka buaya diajak untuk mengambil kembali.Tanpa berpikir buaya menuruti kemauan kera.Sesampainya di tepi dia melompat ke darat.Panjang relief ini adalah 97 cm dan tinggi 30 cm. Terdapat pada dinding utara.
5.      Banteng dengan singa sedang berkelahi.
            Terdapat dalam Jataka dan Pancatantra.mengisahkan tentang lembu jantan bernama Syatrabah, yang semula bersahabat dengan raja singa, tetapi karena fitnah Dimnah, keduanya saling mencurugai dan terjadilah perkelahian.Maka matilah lembu jantan atau banteng oleh raja singa atas fitnah Dimnah. Hal tersebut menggambarkan persaudaraan yang pecah karena adu domba pihak lain. Panjangnya 71 cm dan tinggi 30 cm. Terdapat pada tembok sisi utara.
6.      Gajah, setangkai kayu pada belalainya.
            Di ceritakan dalan Pancatantra dan Tantri.Mengisahkan tentang seekor gajah yang sedang berahi. Pada waktu itu hari amat panas, maka ia berteduh di bawah pohon tamala. Karena suasana berahi dan udara yang panas ia marah dan menarik tangkai pohon tamala dan patahlah cabang itu. Kebetulan pada cabang itu terdapat sarang burung gereja suami istri yang mengerami telurnya pecahlah telur tersebut.Burung tersebut sedih karena hilanglah harapan untuk mendapatkan anak. Hal tersebut di dengar oleh binatang sekitar, yang merasakan kesewenang-wenangan gajah .mereka sepakat untuk membalas dendam burung gereja kepada gajah dan akhirnya gajah pun mati. Terdapat pada sisi utara candi.
7.      Seorang laki-laki dan seekor singa.
            Relief tersebut menggambarkan mimpi Bhimaparakrama. Dalam mimpinya itu ia melihat seekor singa datang bersikap menyerang kepadanya. Mengetahui bahaya itu ia berdiri dengan memegang pedang dan perisainya. Singa mengetahui akan mendapat pelawanan dan lari pergi dan di kejar oleh Bhimaparakrama. Panjang relief ini 68 cm dan tinggi 30 cm terdapat pada sisi utara.


8.      Seorang perempuan, beberapa ekor ikan dan serigala.
            Cerita tersebut terdapat dalam Culla-Dhanunggaha-jataka dan Pancatantra. Mengisahkan tentang petani yang tua tapi kaya dan ia memiliki istri yang muda dan cantik,tetapi perempuan itu tidak merasa bahagia. Kemudian ia bertemu dengan seseorang  penyamun dengan berani ia memuji kecatikan istri petani tersebut. Karena pujian-pujian itu berbanggalah hatinya dan ia berkata kepada penyamun itu bahwa suaminya mempunyai banyak uang tetapi ia sudah tua sehingga ia sudah tidak mampu bergerak. Ia meminta untuk tinggal bersama penyamun tersebut dan membawa kekayaan suaminya untuk mengikuti penyamun. Dalam perjalanan sampai mereka pada sebuah sungai kemudian tibul pikiran penyamun tersebut untuk melarikan harta istri petani itu. Penyamun kemudian mempunya rencana untuk menyeberangkan hartanya terlebih dahulu dan juga seluruh pakaian yang ia gunakan agar tidak basah waktu menyebrang. Kemdian penyamun itu menyebrangkan semua. Lenyaplah semua harta yang ia miliki. Sementara itu juga datang seekor serigala yang membawa daging kemudian daging itu ia lepaskan dari moncongnya, tetapi gagak menyambarnya dan hilanglah semua ikan itu. Hal tersebut menggambarkan menginginkan hal yang dirasa sangat menyenangkan, tetapi barang yang masih dalam harapan itu tidak terpegang.Panjang relief ini 92 cm dan tinggi 30.Terdapat di timur candi.
9.      Seorang pemburu, busur, anak panah,dan serigala.
            Bersumber pada pancatantra.Mengisahkan tentang pemburu bernama Bhairawa dan berburu ke pegunungan Windhaya.Mendapat seekor kijang dan dibawa pulang dengan dipikulnya. Di tengah jalan ia bertemu dengan babi hutan yang menakutkan kemudian ia menurunkan kijang dan segera memanah babi utan tersebut, tetapi babi hutan tersebut dalam keadaan hidup da mati ia melompat dan mengenai perut pemburu. Kemudian datang seekor serigala yang lapar dan menemukan mereka namun ia menggigit tali busurnya hingga anak panah terlepas dan membunuhnya. Panjang relief ini 69 cm dan tinggi 30 cm. Terdapat pada sisi bagian timur candi.

10.  Pendeta, ketam, ular, dan seekor burung.
            Dapat diketahui ceritanya dari tantri.Relief tersebut menggambarkan tentang seorang brahmana dari Patala bernama Dwijaiswara.Ia pecinta binatang. Ketika berada di Gunung ia melihat sebuah ketam yang hampir mati karena kekeringan bernama Astapada. Karena lelah ia bersadar dipohon dan tertidur. Ada seekor ular yang bersahabat dengan seekor burung gagak.Karena ketam mendengar perkataan jahat dari gagak dan ular yang berniat membunuh orang yang berada di sekitarnya.Kemudian ketam memberitahu si brahmana untuk membalas budi.Kemudian ketam berpura-pura menjadi sahabat mereka dan menawarkan untuk memanjangkan leher mereka agar lebih enak. Kemudian ia menyapit leher mereka hingga mati. Dari cerita tersebut mempunyai pesan bahwa barang siapa dicintai dan diberi amal kebaikan hendaklah membalas cinta menurut kemampuan masing-masing.Panjang relief ini 76 cm dan tinggi 30 cm, terletak di sebelah timur candi.
11.  Seekor burung dengan dua buah kepala.
            Cerita ini terdapat pada Jataka dan Pancatantra. Mengisahkan tentang seekor burung yang bernama Bharanda, ia berbadan satu tapi mempunya dua buah kepala. Pada suatu ketika kepala yang satu mendapat makanan yang enak, kepala yang lain meminta sedikit tapi kepala yang makan makanan tadi tidak mau memberinya dengan alasan nanti masuk perut juga. Hal itu terjadi berulang-ulang, hingga pada suatu saat kepala yang tak mendapat makanan enak memakan racun, kepala yang mendapat makanan enak mengingatkan namun nasihatnya diabaikan, maka dimakanlah makanan beracun itu oleh Bharanda dan akhirnya matilah Bharanda tersebut.Panjangnya 96 cm dan tinggi 30 cm. Terletak di sisi timur candi.
12.  Seorang laki-laki tidur di paha seorang perempuan.
Pada relief ini tidak ada kaitannya dengan cerita binatang. Menggambarkan tentang  seorang laki-laki yang tidur di paha istrinya, tangan kananya menopang kepalanya tangan kirinya tertekuk dan diletakkan di perutnya. Kedua kakinya tertekuk keatas terdengar ia sedang mendengar sesuatu, tidur di atas tikar dan memakai kain penutup pada bagian bawah. Gambar lain adalah seorang perempuan posisi kakinya seperti orag islam bersembahyang tangan kanan ia pakai menumpu badannya dan tangan kirinya terangkat untuk menggerakkan sesuatu, dan ia tidak mengenakan pakaian. Terletak di sisi selatan candi dan panjang relief itu 60 cm tingginya 30 cm.
13.  Kambing dan Gajah.
            Mengisahkan tentang ada seekor kambing jantan yang terpisah dari kelompoknya, maka bertemulah dia dengan seekor gajah, karena siasat dari kambing tersebut akhirnya gajah bersedia menolongnya, kambing itu di gendongnya dan diantarkan pulang ke tempat kelompoknya.Panjang relief ini 71 cm dan tinggi 30 cm terdapat di selatan candi.
14.  Orang berkepala singa.
            Pada panel tembok bagian selatan terdapat  relief seorang laki-laki terbang, hanya berpakaian penutup bagian bawah badannya. Rambut jan jambang yang panjang, lidahnya dijulurkan keluar. Tangan dan kaki memakai gelang dan relief ini tidak ada kaitannya dengan binatang.Panjang relief ini 36 cm dan tinggi 30 cm terletak di sisi selatan candi.
15.  Lembu jantan dan seekor serigala.
            Cerita ini terdapat pada Pancatantra. Mengisahkan tentang serigala yang hidup di suatu padang yang penuh dengan tikus, sehingga mudahlah dia untuk mencari makan, tetapi atas desakan istrinya pergilah ia dari tempat itu. Istrinya menginginkan makanan kantung zakar sapi jantan itu. Sampai lima belas tahun serigala mengikuti sapi jantan tersebut dan menginginkan agar kantung zakar sapi itu jatuh, tetapi tidak jatuh juga. Setelah lima belas tahun itu akhirnya ia pulang dan memberitahu istrinya bahwa yang diinginkan tidak berhasil dibawa pulang. Pelajaran moral yang dapat kita ambil dari cerita itu adalah jangan mengharapkan hal yang tidak mungkin terjadi.Panjang relief ini 76 cm dan tinggi 30 cm. Terletak di tembok bagian selatan.
16.  Kinnara.
            Cerita tersebut terdapat pada Canda-Kinnara-jataka.Mengisahkan tentang hiduplah kinnara dan kinnari di hutan dengan damai dan bahagia.Tiba-tiba datanglah musibah ada seorang raja yang menembak mati kinnara. Tindakan raja itu mengandung maksud, bila kinnara mati maka ia akan mudah mengambil kinnari sebagai istrinya. Tetapi kinnari tetap menolaknya dan ia berdoa kepada dewa Saka agar dipertemukan kembali dengan suaminya. Dewa mengabulkan doanya maka, dihidupkan kembali kinnara dan hidup bahagia dengan istrinya.
C.     Struktur Bangunan Candi Sojiwan
Candi Sojiwan adalah salah satu  candi yang dibangun dengan bentuk wimana. Bahan penyusun candi bermacam-macam. Candi yang di buat dari batu andesit, batu bata, dan batu putih atau batu pasir. Sifat-sifat bahan ini menunjukkan kesulitan dan kemudahan dalam menyusun bentuk dan menghias candi. Bahan batu putih atau batu pasir memiliki karakter lembut dan lunak. Di dalam bangunan candi yang dibuat dari bahan ini hampir tidak beda dengan bangunan candi dari batu andesit. Namun karakter yang lembut dan lunak ini membuat para senimannya banyak menghindari ornamen yang terlalu rumit. Mungkin karena tidak ingin sifat lunak dari batu pasir ini menjadi lebih cepat rapuh yang membuat ornamen cepat rusak.Bahan batu batu mempunyai sifat yang sangat kaku dan rapuh. Untuk memperindah bangunan candi hanya dapat dilakukan dengan memperbanyak pelipit mendatar yang akan mengurangi sifat masif dari bangunan yang besar. Bangunan candi terdiri atas kaki yang melambangkan bhurloka (dunia manusia), tubuh yang melambangkan bhuwarloka (dunia mereka yang disucikan), dan atap yang melambangkan swarloka (dunia para dewa). Masing-masing bagian mempunyai komponen yang umum. Seperti pipi tangga, relung, kala-makara, jaladwara, antefik, menara sudut, dan kemuncak.
Pada ujung atas tangga terdapat gawang pintu gerbang berukir kala. Tubuh candi aslinya penuh berukir sulur­sulur, akan tetapi karena banyak batu yang hilang maka dilakukan penggantian batu yang masih polos. Ruangan bilik dalam kini kosong, hanya terdapat reling dan singgasana yang aslinya mungkin menyimpan arca budha atau bodhisatwa yang kioni sudah hilang. Atap candi tersusun tiga yang bertingkat-tingkat. Pada tingkatan-tingkatan ini  terdapat jajaran stupa-stupa. Bagian puncak candi dimahkotai stupa yang besar.
D.    Pemugaran Candi
Candi Sojiwan adalah candi setinggi 27 meter dan baru selesai dipugar secara resmi pada tanggal 16 Desember 2011. Namun, proses restorasi candi sudah sejak tahun 1996. Bahkan, sejak zaman Belanda, mulai dari pencaan batu-batu yang berserakan sampai ke anastilosis, yaitu metode pemasangan kembali batu-batu candi sesuai dengan tempat aslinya. Juga memperhatikan kecocokan ukuran, sambungan, keselarasan, dan dengan mempertimbangkan bentuk aksitektur candi secara keseluruhan.
Candi Sojiwan diteliti pertama kali oleh  J.R van Blom, seorang kolonial Belanda yang menulis penelitiannya di Universitas Leiden, terutama membahas tentang hiasan pada candi. Kemudian pada tahun 1813 Mackenzie menemukan bahwa bagian candi utama terdapat pagar yang berjarak 40 meter mengelilingi candi. Lalu J.F.G. Brumund melakukan penelitian pada bagian dalam candi, kemudian menyebutnya Candi Kalongan. Candi Sojiwan disusun kembali reruntuhannya batu-batunya dibawah pimpinan Dorrepaal pada tahun 1893.
Candi yang bersejarah ini juga mengalami pemugaran pada tahun 1996-2006. Masih banyak yang harus dibenahi di Candi Sojiwan, terutama pada restorasi relief-relief yang rusak, serta ornamen-ornamen candi yang kebanyakan masih berupa tumpukan bau polos. Namun, bagaimanapun juga berdirinya Candi Sojiwan juga patut dipuji, mengingat candi ini pernah runtuh ketika terjadi gempa 27 Mei 2006, menjelang akhir restorasi.
E.     Budaya yang dilaksanakan di Candi Sojiwan
Ratusan umat Hindu di Kabupaten Klaten menggelar upacara perayaan Galungan dan Kuningan di kompleks Candi Sojiwan, Prambanan, Klaten, Minggu (27/10). Upacara ini merupakan yang pertama kalinya digelar di candi yang berada di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Klaten itu. Sejak pukul 08.00 WIB, umat Hindu dari berbagai daerah sudah memadati kompleks Candi Sojiwan. Mereka juga membawa berbagai sesaji dan perlengkapan upacara. Sedangkan puncak upacara sembahyang Galungan dan Kuningan dimulai sekitar pukul 11.00 WIB. Tidak hanya dihadiri umat Hindu Klaten, sejumlah umat dari wilayah Sleman dan Yogyakarta juga hadir dalam perayaan itu. Ketua Panitia, I Wayan Sahopiartha, mengungkapkan, tema peringatan Galungan tahun ini adalah ‘Membangun Kebersamaan Melalui Jalan Dharma’. Diharapkan, dengan tema itu dapat teralin sikap kebersamaan antar manusia yang dilandasi kebajikan dan kebenaran. “Kebersamaan bukan hanya terjalin antar umat Hindu namun seluruh umat beragama. Sehingga menciptakan perdamaian di seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang perbedaan,” ungkap I Wayan Sahopiartha kepada Timlo.net. Terkait dengan dipilihnya Candi Sojiwan sebagai pusat upacara, I Wayan Sahopiartha mengungkapkan, Candi Sojiwan merupakan monumental kerukunan umat beragama, yakni Hindu dan Budha. Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jawa Tengah I Nyoman Suharta mengungkapkan, Galungan adalah peringatan kemenangan dharma atau kebaikan melawan adharma atau kebatilan. “Di dalam diri manusia setiap saat terjadi pertempuran antara dharma dan adharma. Musuh-musuh yang ada dalam diri manusia tidak akan pernah terkalahkan, yang didominasi hawa nafsu. Ini yang harus kita perangi,” ujar I Nyoman Suharta.

a.       Bagian-bagian dari candi
Arupadatu
Rupadatu
Kamadatu





b.      Rangka wimana (rangka candi sojiwan)         kode pembangunan candi
      
c.       Kala


















d.      Pipi tangga dan makara
  
Gambaran Di Lingkungan Candi Sojiwan dan foto kami








































BAB III
PENUTUP








A.    Kesimpulan
Setelah melaksanakan kunjungan ke salah satu cagar budaya khususnya ke Candi Sojiwan kami dapat menyimpulkan bahwa dapat :
1.      Menambah wawasan mengenai peninggalan jaman dahulu yang sangat indah.
2.      Mengetahui letak cagar budaya di daerah sekitar .
3.      Menginspirasi kaum muda untuk ikut melestarikan peninggalan jaman dahulu.